Cerita Inspiratif Pengusaha Emping Telo
Cerita Inspiratif Pengusaha Emping Telo – Camilan Nusantara
Emping telo merupakan makanan yang terbuat dari singkong
yang diolah. Makanan khas Bantul ini memiliki bentuk bulat tipis dan renyah
ketika dimakan. Salah satu produsen emping telo adalah Ibu Sutinah (57) atau
biasa disapa Ibu Sut. Beliau tinggal dan berproduksi di dusun Bantul Karang RT
04 Ringinharjo, Bantul.
Kesetiaan Ibu Sut dalam menekuni bisnis emping telo ini
karena melanjutkan bisnis dari orang tua. Selain itu, dari segi bahan baku,
singkong, relatif mudah didapat di dusun Bantul Karang. Emping yang dihargai
Rp. 30.000 per kilo ini memiliki kekhasan yang bumbunya menjadi resep rahasia.
Emping telo Ibu Sut ketika dimakan renyah, mudah dikunyah, tidak eneg. Sehingga
ini menjadi hal yang berbeda dengan emping telo lainnya.
Langkah awal membuat emping adalah merebus singkong.
Singkong yang sudah direbus ditumbuk dan diberi bumbu, digiling, lalu diiris.
Langkah terakhir adalah ditumbuk sampai tipis, bentuknya juga menjadi
bulat. Sehari – hari, nenek 4 cucu ini
dibantu oleh 15 karyawan yang terdiri dari tetangga – tetangga dekat. Hubungan
Ibu Sut dengan karyawan – karyawan juga bukanlah hubungan formal, namun lebih
terlihat hubungan keluarga.
Kerendahatian serta kerja keras Ibu Sut mampu mengantarkan
emping telo ini diminati banyak orang. Bahkan, dari tahun ke tahun bisnis
emping telo ini mengalami kemajuan. Misalnya, sekarang pengolahan emping sudah
dibantu alat, tidak lagi semua manual. Meskipun ada beberapa langkah yang masih
manual. Inovasi juga dilakukan oleh istri dari Bapak Ngadiman ini demi
eksistesi emping telo ini.
Emping telo Ibu Sut tidak hanya terbatas dengan rasa pedas
manis. Hingga sekarang, terdapat rasa pedas gurih, gurih seledri, ekstra pedas,
dan pedas manis. Namun, bisnis emping
telo ini tidak selalu berjalan mulus.“Ketika musim hujan seringnya empingnya ndak
kering, jadinya jamuran, saya rugi. Kalau sudah seperti itu saya berhenti
produksi dulu.”
Pelanggan Ibu Sut juga tidak terbatas dari masyarakat
Bantul, bahkan hingga ke Bali. Tidak jarang Ibu Sut kewalahan menangani
banyaknya pesanan dari luar kota, terutama ketika waktu mendekati lebaran.
"Kemarin dapat pesanan dari Demak satu kwintal ketika minggu pertama
puasa, lalu minggu kedua Demak meminta saya mengirimkan dua kwintal,
alhamdulillah.", ucapnya.
Kekhawatiran tidak mampu memenuhi orderan pasti ada. Hal ini
disiasati Ibu Sut dengan memilih-milih orderan. Apalagi, petani singkong juga
berhenti panen ketika mendekati lebaran, sehingga bahan baku juga menipis.
Baca Juga :
Komentar
Posting Komentar