Kisah Pengusaha Manisan Buah Langganan Mantan Presiden RI
Kisah Pengusaha Manisan Buah Langganan Mantan Presiden RI – Camilan Nusantara
Indonesia kaya akan hasil alamnya, salah satunya adalah buah-buahan. Di Indonesia buah-buahan sangat melimpah. Buah-buah itu sendiri ada 2 macam, ada buah yang musiman dan ada pula yang tidak mengenal musim sama sekali (selalu berbuah). Melimpahnya buah-buahan di Indonesia membuat banyak orang yang memanfaatkan buah ini menjadi sebuah usaha yang menguntungkan. Seperti usaha jus buah, usaha toko buah, usaha manisan dan asinan buah. Dan lain sebagainya.
Buah kerap sekali diolah menjadi manisan atau asinan yang segar dan lezat. Pengolan buah menjadi manisan adalah untuk megawetkan buah sehingga tidak mudah busuk, dan akhirnya dibuang. Manisan buah sangat di gemari oleh masyarakat indonesia.
Selama ini di beberapa daerah hanya mengenal beberapa jenis buah yang sering dijadikan manisan. Yang paling populer adalah mangga, kedondong, cermai, salak, pala dan pepaya. Padahal buah-buah lain pun juga bisa diolah menjadi manisan yang punya cita rasa unik.
Seperti pengalaman ibu Raden Mami, pengusaha manisan dari kota Bogor, yang selalu berkreasi membuat manisan dari buah-buahan yang tidak umum. Selain mengolah buah manisan kolang-kaling, pala, mangga, cermai, pepaya, salak, kedongdong, dia juga berkreasi dengan mengolah leunca dan cabai menjadi manisan.
Usaha ini sudah dilakoni Mami selama 13 tahun. Awalnya adalah usaha keluarga, keahliannya membuat manisan didapat dari sang ibu yang dulunya juga membuka usaha manisan. Usaha manisan ini bahkan menjadi langganan keluarga Pak Harto (Mantan presiden RI).
Pengrajin manisan yang lahir ditahun 1964 ini mengaku setiap harinya mampu menjual 5-6 kg manisan dan asinan dengan harga manisan dan asinan dipatok dari Rp30-60 ribu per kg bergantung jenisnya dan harga bahan bakunya. Meski hanya dibantu oleh suami, setiap bulannya Mami bisa meraih keuntungan bersih antara Rp 1-2 juta. Namun jika bulan ramadhan permintaan manisan dan asinan meningkat drastis bahkan mencapai ratusan kilo.
Selain menjual sendiri, Mami juga melayani reseller manisan. Meski dengan harga yang lebih mahal, namun karena kualitas produknya sudah dikenal tetap banyak yang berminat mengambil manisan darinya untuk dijual kembali. Jika pesanan banyak, biasanya dia menetapkan system panjar, sehingga masalah permodalan tidak begitu menjadi kendala. Seperti saat ramadahan tiba.
“Langganan tetap biasanya memberikan panjar, sehingga saya tidak repot mencari modal awal”, lanjutnya. Lonjakan pemesanan itu menjadi berkah tersendiri bagi penduduk disekitarnya, kalau bulan biasa hanya dia, suami dan saudaranya yang membuat manisan maka dibulan puasa dia memperkerjakan beberapa orang untuk membantunya dan mereka menyewa kulkas tetangga untuk menyimpan manisan. Mami mengaku keuntungan bersih yang diperoleh dibulan Puasa berkali-kali lipat hingga belasan juta rupiah.
Wanita berpostur tubuh tinggi ini mengaku modal awal yang digunakan untuk produksi manisannya tidaklah besar karena alat-alat pembuatan manisan merupakan alat kebutuhan dapur, sehingga biaya produksi dapat ditekan. Manisannnya banyak disukai karena selama ini tidak pernah menggunakan bahan kimia untuk pengawetan. Semua bahan-bahannya alami. Karena itulah manisan buatannya ini dihargai sedikit lebih mahal dari manisan yang ada di pasaran.
“Kami mematok harga yang mahal karena proses pembuatan tidak menggunakan bahan kimia sehingga proses pembuatan lebih lama, dan kami memperhatikan keamanan produk” ungkap wanita yang pernah bercita-cita menjadi polwan ini.
Dari segi pemasaran tidak begitu sulit bagi Mami karena dia tinggal melanjutkan usaha ibunya yang memang sudah cukup dikenal. “Mama saya dulu terkenal sebagai pengrajin manisan, sampai anak pak soeharto juga menjadi salah satu langganannya, jadi sampai sekarang orang yang selalu datang kesini mencari manisan” ungkap Mami.
Di tanya tentang rahasia kesuksesannya, wanita yang dikenal dengan kesederhanaannya ini mengaku bahwa kejujuran dan kerja keras adalah kuncinya. Beliau mengungkapkan banyak investor yang datang kepadanya dan menjanjikan keuntungan yang lebih besar asal ingin menambahkan bahan kimia (pengawet) dalam manisan buatannya.
Dan kejujuran tersebut berbuah manis dengan dikantonginya sertifikat halal dari MUI untuk semua produk manisan dan asinan yang diproduksinya dan sertifikat-sertifikat lain yang pengurusannya sedang diproses. Rahasia kesuksesan inilah yang membuat produk manisan buatan ibu mami disukai tanpa harus khawatir akan menimbulkan efek samping dan ini dilakukan untuk tetap menjaga kualitas manisan produksinya.
Saat ini dia sering memberikan pelatihan cara membuat manisan diberbagai acara yang dibuat pemerintah. Ia pun selalu memberikan terobosan membuat manisan-manisan dari bahan baku yang menurut orang tidak bisa dilakukan. Seperti halnya manisan cabai dan leunca. Dua bahan baku yang tergolong sulit pembuatannya dan penyajiannya.
“Orang-orang yang tidak suka makan cabai bisa makan cabai dengan cara yang berbeda seperti halnya leunca dan dengan rasa unik tanpa harus merasa pedas dan pahit” ungkapnya. Manisan buah papaya juga tak kalah uniknya agar lebih menarik buah papaya tidak hanya dipotong-potong biasa namun dibentuk seperti buah-buahan agar terlihat lebih menarik. Tentunya masih banyak buah lainnya yang bisa dijadikan manisan dan asinan, tinggal mau mencoba dan berkreasi. Sumber : inspirasi-usaha.com
Baca Juga :
Komentar
Posting Komentar